JAKARTA, KOMPAS.com — Mbah Surip telah sukses "mengecoh" semua wartawan yang pernah mewawancarainya sehingga semuanya menuliskan usia Mbah Surip 60 tahun. Saya bahkan lebih parah lagi, sebab saya menulis usia Simbah sekira 60 tahun sejak 6 tahun lalu, saat kali pertama bertemu dengannya di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan.
Seperti halnya saya, kawan-kawan wartawan dan juga seluruh rakyat Indonesia bisa jadi juga telah terkecoh dengan penampilan Simbah yang memang tampak telah tua. Dengan rambut gimbal sepinggang, dan guratan-guratan yang tampak pada wajahnya, ditambah panggilan MBAH di depan namanya, tiada keraguan sedikit pun untuk menuliskan usianya kira-kira 60 tahun.
Tapi inilah salah saya, begitu saja percaya kepada ketawa meyakinkan Simbah saat ditanya berapa usianya.
"Enam puluh tahun ya Mbah umurmu?"
"He-he-he..."
"Bener Mbah?"
"He-he-he..."
Nah, sejak itulah, saya selalu memakai kata kira-kira sebelum menuliskan usianya. Tapi ternyata, kawan-kawan wartawan malah dengan "gagah berani" menuliskan dengan pasti tanggal dan tahun kelahiran Mbah Surip: 5 Mei 1949! Wah...
Untunglah, di akhir hayatnya saya mendapatkan informasi yang sahih.
Waktu jarum jam telah menunjuk angka sebelas pada Selasa (4/8) malam, ketika prosesi pemakaman penyanyi Mbah Surip usai. Di atas gundukan tanah bertabur bunga mawar lamat-lamat tertulis: Urip Achmad Ariyanto bin Soekotjo, lahir 6 Mei 1957, wafat Selasa, 4 Agustus 2009.
Catatan di nisan itu memang baru terbaca jelas seusai para pencinta Mbah Surip yang sebagian berambut gimbal bernyanyi lagu "Bangun Tidur" karya Mbah Surip secara koor dengan iringan gitar.
bangun tidur, tidur lagi
bangun lagi, tidur lagi
bangunnnn, tidur lagi
bangun tidur, tidur lagi
bangun lagi, tidur lagi
bangunnnn, tidur lagi
abis bangun terus mandi
jangan lupa senam pagi
kalau lupa…. tidur lagi
Begitulah para penggemar Mbah Surip bernyanyi. Rasanya malam itu memang jauh dari suasana pekuburan. Mereka yang ditinggalkan memaknai penghormatan terakhir mereka kepada sang pujaan dengan cara mereka sendiri, cara jalanan yang egaliter.
Setelah mereka menyingkir sambil sebelumnya tertawa he-he-he menirukan gaya ketawa Mbah Surip, saya yang masih tak percaya bahwa selama ini saya dan juga sebagian besar wartawan ternyata salah dalam menuliskan usia si Mbah Surip, makin mendekat ke arah nisan.
Benar, ternyata! Jika demikian... wah, ternyata saya telah benar-benar ngacau dalam menuliskan usia Simbah. Ternyata... usia Simbah belum terlalu tua. Dia masih 52 umurnya. Asem! Dan ini dibenarkan oleh Nyonya Soeharti, adik kandung Mbah Surip yang kelahiran tahun 1960.
Tapi bukan Mbah Surip namanya jika tak bikin penasaran. Lebih-lebih jika itu berkait dengan masalah pribadinya. Saya kira sangat sedikit kawan-kawan dekatnya yang tahu persis berapa usianya, berapa jumlah anaknya, siapa nama mantan istrinya, berapa rupiah yang telah ia terima dari produsernya setelah lagu "Tak Gendong" meledak... dan masih berderet pertanyaan yang tak terjawab dari mulut Mbah Surip hingga ia tutup usia.
waah.... mbah surip kerenn yay....
BalasHapuskuh sedih putra bangsa yang berprestasi lagi" perrgi T_T
Begitu cepat dia meninggalkan dunia, ketika Dunia baru mengenalnya!!
BalasHapus